BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari perbedaan morfologi dari masing-masing sel mikroba.
1.2 Latar Belakang
Deskripsi bakteri, khamir dan fungi berisi karakter morfologinya. Seperti apakah mereka berbentuk cembung, kokus atau spiral. Apakah berbentuk kapsul. Apakah ditemukan menyendiri atau dalam kumpulan (rangkaian, paket). Apakah mereka berflagella dan letak dari Flagella tersebut. Apakah mereka memproduksi spora dan apa reaksi mereka untuk pewarnaan Gram (Schlegel, 1992).
Dari berbagai proses pengecatan, bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah (Sujudi, 1993).
Morfologi dari bakteri dan khamir ini merupakan suatu bentuk praktikum yang mengajukan praktikan untuk belajar menganalisa kelompok mikroba dengan perbandingan literaturnya. Percobaan ini dilatarbelakangi oleh praktik untuk melihat morfologi secara langsung pada biakan murni bakteri dan khamir yang sudah dikultivasi.
BAB II DASAR TEORI
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk klas Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 µm. Para ahli menggolongkan struktur bakteri menjadi dinding luar, sitoplasma, dan bahan inti. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram Negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram Positif mempunyai satu lapis yang tebal. Dalam sel baktri terdapat membran sitoplasma, protoplasma, inti, organel-organel lain yang memiliki peran masing-masing. Bila bakteri tumbuh di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan bakteri dapat kita lakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat kita ketahui melalui koloni yang tumbuh di medium permukaannya (Puspita, 2008).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram, dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1980).
Cara pewarnaan hanyalah dengan menambahkan pada olesan yang telah difiksasi dengan zat pewarna khusus. Zat pewarna tersebut adalah pewarna diferensial, karena dapat membagi bakteri sejati menjadi dua kelompok fisiologi, dengan demikian sangat memudahkan identifikasi jenisnya. Prosedur pewarnaan ini terdiri atas empat langkah, yaitu olesan dibasahi dengan lembayung gentian atau lembayung kristal, setelah 60 detik zat pewarna lembayung dibilas dan olesan dibasahi dengan larutan yodium. 60 detik kemudian, yodium dibilas dan gelas preparat dicuci dengan larutan alkohol 95 % selama 15-30 detik, lalu gelas preparat selama 30 detik diwarnai dengan safranin (zat pewarna merah) atau coklat Bismarck (dipakai bagi orang yang buta warna terhadap warna merah). Setelah spesimen yang diwarnai itu ditemukan dengan obyektif tinggi-kering, dapatlah diamati dengan imersi minyak, dengan meneteskan minyak langsung pada olesan terwarnai dan menurunkan lensa obyektif imersi minyak ke dalam minyak (Volk, 1993).
Pengecatan diferensial mengunakan dua warna yang kontras untuk membedakan antara jenis organisme yang berbeda. Empat bahan reaksi yang digunakan untuk pewarnaan Gram yaitu :
1. Crystal violet, pewarna pertama ( warna ungu).
2. Iodine, pewarna untuk mempertajam pewarna pewarna pertama (suatu kompleks dengan crystal violet).
3. Ethanol 95%, penghilang warna.
4. Safranin, suatu counterstain.
(Sujudi, 1993).
Pada umumnya jenis – jenis pengecatan dibagi atas 4 macam yaitu:
1. Pewarnaan negatif yaitu dengan pewarnaan latar belakang sel dengan zat warna asam, sehingga sel – sel tersebut secar kontras tidak berwarna. Yang biasanya dipakai adalah zat warna hitam nigrosin. Metode ini digunakan untuk sel – sel dan struktur – struktur yang sukar diwarnai secara langsung.
2. Pengecatan sederhana yaitu pewarnaan yang hanya satu macam cat saja. Biasanya bakteri maupuin sekitarnya akan mempunyai warna yang sama, tetapi dengan intensitas yang berbeda. Pewarna sederhana yaitu tipe pewarna yang paling sederhana, caranya hanya dengan menambahkan pada olesan yang telah difiksasi salah satu diantaranya zat warna berikut : Lembayung gentian, lembayung safranin, biru metilen, furchin bara dan zat warna anilin bara yang lainnya.
3. Pengecatan khusus digunakan untuk melihat alat tambahan pada bakteri.
4. Pengecatan diferensial menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Contoh pewarnaan diferensial yaitu pewarnaan Gram dan pewarnaan tahan asam.
(Hadioetomo, 1985).
Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Setiap spesies mempunyai bantuk yang khas. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5µm, lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30µm atau lebih. Pengamatan mikroskopis sel khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat basah yang diberi larutan methylin blue. Pada pengecatan sederhana yaitu pemberian methylin blue 0,1 %, sel khamir dapat dibedakan antara sel yang mati dengan yang hidup. Pada sel yang mati akarnya berwarna biru. Sedangkan yang hidup tidak berwarna (transparan). Hali ini disebabkan oleh sifat membran sel yang selektif permiabel (Pelczar, 1986).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 1987).
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu botol semprot, mikroskop cahaya listrik, pipet steril, jarum ose, bunsen/lampu spiritus, gelas preparat, tabung reaksi, dan kertas label.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu akuades, alkohol, spiritus, kapas, biakan murni bakteri Escherichia coli, cat gram A (cristal violet), cat gram B (lugol iodine), cat gram C (lugol iodine), D (safranin), cat laktofenol blue, minyak imersi, dan biakan murni khamir Sacharomyces cerevisiae.
3.3 Prosedur Percobaan
a. Pengecatan Sel Gram Bakteri
1. Disiapkan mikroskop, dibersihkan jarum ose, gelas benda dan gelas penutup.
2. Diambil biakan bakteri (sesedikit mungkin) dengan jarum ose.
3. Diratakan setipis mungkin di bagian tengah gelas benda dan difiksasi suspensi.
4. Dibubuhkan cat Gram A (crystal violet) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
5. Dibubuhkan cat Gram B (lugol iodine) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
6. Dibubuhkan cat Gram C (aseton alkohol) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 10 detik dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
7. Dibubuhkan cat Gram D (safranin) sampai menutup seluruh suspensi, dibiarkan 1 menit dan dicuci dengan akuades dalam botol semprot, dikering-anginkan.
8. Ditutup dengan gelas penutup, ditetesi minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop.
9. Digambar penampakan sel bakteri yang terlihat.
b. Pengamatan Sel Khamir/Yeast
1. Disiapkan mikroskop, dibersihkan gelas benda dan gelas penutup.
2. Diambil sedikit biakan khamir (sesedikit mungkin) dengan jarum ose.
3. Diletakkan di bagian tengah gelas benda dan diratakan setipis mungkin.
4. Difiksasi suspensi, lalu dibubuhkan cat methylen blue. Diratakan dengan gelas benda lain.
5. Dikering-anginkan. Ditutup dengan gelas penutup, ditetesi minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop, digambar penampakan morfologinya.
6. Diperhatikan bentuk, warna sel untuk masing-masing jenis sel khamir menggunakan mikroskop.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.Hasil pengamatan morfologi sel mikroba
No Gambar Keterangan
1
Perbesaran 1000 kali
Gambar Escherichia coli - Bakteri Gram negatif (-)
- Berwarna merah
- Berbentuk batang (basil)
2
Perbesaran 400 kali
Perbesaran 1000 kali
Gambar Saccharomyces cerevisiae - Berwarna biru
- Berbentuk bulat (coccus)
4.2 Pembahasan
Pewarnaan Gram (metode Gram) adalah suatu cara untuk mewarnai sel bakteri menggunakan zat warna berupa Gram, untuk lebih mudah diamati dibawah mikroskop untuk mengetahui sifat fisiologisnya. Empat bahan reaksi yang digunakan untuk pewarnaan Gram yaitu:
1. Crystal violet, pewarna pertama (warna ungu).
2. Iodine, pewarna untuk mempertajam pewarna pewarna pertama (suatu kompleks dengan crystal violet).
3. Ethanol 95%, penghilang warna.
4. Safranin, suatu counterstain.
Setelah melakukan berbagai proses pengecatan diatas maka bakteri dapat dibagi menjadi dua katagori utama yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang tahan terhadap alkohol sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat zat kontras sehingga bakteri akan berwarna ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak tahan terhadap alkohol sehingga warna cat pertama dilunturkan dan bakteri mengikat warna kontras sehingga tampak merah
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti. Pewarnaan akan menyebabkan bakteri-bakteri tersebut kontras berwarna dengan sekelilingnya, sehingga akan terlihat jelas. Adapun tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri, melihat struktur luar dan dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri berbentuk batang (basil) yang termasuk Gram negatif karena E. coli tidak dapat menahan zat pewarna ungu (crystal violet) ketika dicuci dengan zat penghilang warna. Tetapi E. coli menyerap zat pewarna tandingan (safranin), sehingga berwarna merah. Hal ini menunjukan sifat fisiologis bakteri gram negatif, yaitu reaksi dinding sel dalam serangkaian pewarnaan. Warna ungu dari crystal violet dapat hilang dikarenakan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme Gram negatif dengan pencucian alkohol yang memungkinkan kompleks zat pewarna yodium dapat disingkirkan dari sel, akibatnya sel menjadi tidak berwarna. Pada saat ditetesi lugol iodine, sel tetap berwarna ungu dan terbentuk kompleks crystal violet-iodine di dalam sel. Namun hilang ketika pencucian dengan alkohol karena pori-pori mengembang dan kompleks ungu crystal violet-iodine keluar dari sel dan akhirnya menyerap warna merah safranin.
Dinding sel bakteri Gram negatif lebih tipis dan mengandung lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam presentase lebih tinggi daripada yang dikandung bakteri Gram positif. Hal inilah yang menyebabkan daya rembes atau permeabilitas dinding sel Gram negatif lebih besar karena banyak lipid yang terekstraksi ketika bereaksi dengan alkohol, sehingga organisme gram negatif akan kehilangan warna dari kompleks crystal violet-iodine yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Kandungan lipid pada bakteri Gram negatif sebesar 11-22 %, sedangkan pada bakteri Gram positif sebesar 1-4 %.
Escerichia coli, bentuknya batang (basil) dan berkoloni pada suatu tempat, serta berwarna merah ( bakteri Gram negatif). Literatur dari Bakteri, yaitu terdapat secara luas di alam yang berhubungan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan tanah. Morfologi, uniseluler (bersel tunggal), ukuran panjang = 0,5-10 mm; lebar = 0,5-2,5 mm. Bentuk sel: coccus (bulat), bacillus (batang/basil), spirillium (spiral) dan vibrios (koma/vibrio), prokarik, tidak memiliki membran di dalam sitoplasma, beberapa memiliki flagella (rambut cambuk), capsul (kapsul) dan endospora, perkembangbiakannya Aseksual dengan pembelahan biner. Agen penyubur tanah, bermanfaat dalam industri pembuatan senyawa penting (semisal alkohol), mengolah makanan, penyebab penyakit, pembusuk bahan makanan, dll (Rachdie, 2006).
Khamir (Yeast) yang diamati pada percobaan ini adalah Sacharomyces cerevisiae. Khamir dapat berbentuk oval, silinder, bulat, dan batang. Pada percobaan ini khamir berbentuk bulat dan berwarna biru karena ditetesi laktofenol blue. Methylen blue adalah cat yang digunakan untuk mewarnai sel khamir agar lebih mudah diamati, karena warna sel khamir hidup adalah tidak berwarna (transparan). Yeast digunakan sebagai ragi untuk pembuatan roti, tape, brem, anggur, kecap, sayur asin dan lain-lain. Selain itu, pada saat ini jasa yeast sudah sangat banyak dipakai dalam produk fermentasi baik pada susu, daging, bir, wine, kefyr, koumiss, keju dan produk fermentasi lainnya. Yeast dipakai sebagai starter dan disebut sebagai ragi yang terdiri dari bakteri, jamur dan yeast yang dipakai sebagai biang atau indukan (mother liquor). Bahan utamanya adalah karbohidrat yaitu pati misalnya jagung, ubi kayu, beras, ketan dan lainnya.
Saccharomyches sp, bentuknya bulat (kokus) dan berwarna biru. Literatur dari Khamir (Yeast) yaitu berada dalam Lingkungan yang berkadar gula dan pH rendah, seperti buah-buahan dan sirup. Morfologi Uniseluler (bersel tunggal), dengan ukuran 5-20 mm. (5-10 x lebih besar dari bakteri), bentuk sel Pseudomiselium, Eukariotik, memiliki dinding sel yang serupa dengan bakteri, sitoplasma memiliki inti bebas (discrete nucleus), memiliki vakuola yang berisi sejumlah besar cairan. Perkembangbiakannya Aseksual dengan tunas, peranannya sebagai fermentasi alkoholik pada bir, tape, nata dll (Rachdie, 2006).
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Pewarnaan Gram dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mempermudah dalam mengamati morfologi sel bakteri.
2. Escherichia coli merupakan bakteri yang berwarna merah karena menyerap safranin (bakteri Gram negatif).
3. Sacharomyces merupakan salah satu jenis khamir yang bereaksi dengan methylen blue, sehingga berwarna biru dan lebih mudah diamati.
4. Escherichia coli adalah bakteri berbentuk batang, dan Sacharomyces adalah khamir yang berbentuk bulat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam percobaan ini adalah sebaiknya mikroba yang hendak diamati diambil sesedikit mungkin agar mikroba tidak bergerombol sehingga morfologi mikroba tersebut lebih mudah diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mirobiologi Dasar dalam Praktik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pelczar, Michael J. Dan E.C.S Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Puspita, H. E. 2008. Morfologi Bakteri.
http://one.indoskripsi.com//mikrobiologi/morfologi-bakteri
Diakses pada tanggal 15 November 2010
Rachdie2, 2006, Kelompok Mikroba Penting.
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/kelompok-mikroba-penting/tracback/
Diakses tanggal 18 November 2010
Schlegel, H.G. 1992. General Microbiology 7th Edition. Cambridge University
Press. Cambridge.
Sujudi, H. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. UI press. Jakarta
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.
semoga manfaat
PERCOBAAN 4 MORFOLOGI SEL MIKROBA

PERCOBAAN 3 ISOLASI DAN KULTIVASI MIKROBA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik isolasi mikroba dan kultivasi (pemeliharaan) mikroba.
1.2 Latar Belakang
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. Suatu proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993).
Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus. Yang dianggap sebagai sel hidup ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup. Pada jumlah total sel ikut dihitung semua sel yang nampak atau yang dapat dihitung dengan cara lain, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat ikut dihitung. Cara apapun yang digunakan, jumlah koloni dihitung sesudah inkubasi (Schlegel, 1994).
Latar belakang diadakannya percobaan isolasi dan kultivasi mikroba ini adalah untuk memelihara suatu mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, dan khamir dari media yang ada serta membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang berbeda dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan..Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan dan tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan yang dilakukan dalam percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif cepat saat inkubasi.
BAB II DASAR TEORI
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir, 2009).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut
(Pelczar, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Pengamatan bakteri itu dapat kita lakukan secara individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni merupakan sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri baru tampak jelas, jika bakteri itu diamati dalam kelompok. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga beberapa spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu dipengaruhi juga oleh factor-faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna menimbulkan pigmentasi. Pada umumnya pigmen itu menetap di dalam sel selama bakteri itu hidup; pigmen hijau pada Pseudomonas dapat larut dalam air serta meresap ke dalam medium yang ditumbuhinya, setelah sel mati (Dwidjoseputro, 1994).
Fungi atau cendawan adalah organisme hetrotrofik yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Morfologi jamur (fungi) dapat dilihat secara mikroskopis sel-selnya. Jamur tersususn dari benang-benang sel panjang yang dihubungkan dari ujung ke ujung. Benang-benang itu disebut hifa. Pengamatan secara morfologi fungi baik secara makrokopis dapat dipakai untuk determinasi. Secar mikroskopis, perlu diperhatikan ada tidaknya sekat pada hifa, percabangan hifa, badan buah, dasar badan buah, sel kaki, dan bentuk spora (Volk, 1993).
Fungi biasanya bersifat multiseluler, setiap perubahan fungi terdiri atas lebih dari satu sel. Namun demikian tiap-tiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh sendiri dan oleh karenanya jamur dapat diklasifikasikan sebagai mikroorganisme. Fungi terdiri atas untaian seperti benang tipis disebut hifa. Hifa tumbuh sebagai masa di permukaan atau menembus medium tempat jamur tersebut tumbuh. Masa hifa disebut misellium. Pada dasarnya fungi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Jamur tidak bersepta
Jamur ini tidak memiliki dinding pemisah (septa). Hifanya merupakan tabung memanjang berisi inti yang banyak terdispersi ke seluruh sitoplasma sehingga diberi nama multiseluler.
2. Jamur bersepta
Jamur ini memiliki septa atau dinding-dinding pemisah yang membagi hifa menjadi sel yang terpisah, masing-masing sel berisi inti (Gaman,1994).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk kapsul di sebelah luar (Buckle, 1987).
Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Setiap spesies mempunyai bantuk yang khas. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm, lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30 µm atau lebih. Pengamatan mikroskopis sel khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat basah yang diberi larutan methylin blue. Pada pengecatan sederhana yaitu pemberian methylin blue 0,1 %, sel khamir dapat dibedakan antara sel yang mati dengan yang hidup. Pada sel yang mati akarnya berwarna biru. Sedangkan yang hidup tidak berwarna (transparan). Hali ini disebabkan oleh sifat membran sel yang selektif permiabel (Pelczar, 1986).
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro, 1994).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi steril, cawan petri steril, mikroskop cahaya, jarum ose, lampu bunsen, dan colony counter.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium Nutrien Agar (NA), medium Potato Dextrose Agar (PDA), medium Malt Extract Agar (MEA), alkohol, kultur murni, dan akuades.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kultivasi Bakteri E. Coli
1. Media NA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan pada tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inokulasi mikroba goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Diinokulasi hingga 48 jam hingga terlihat Bakteri E. Coli yang tumbuh, pada suhu 37 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.
3.3.2 Kultivasi Jamur Aspergillus sp.
1. Media PDA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam tiga cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan tiga tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inokulasi goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Diinkubasi hingga 48 jam hingga terlihat Jamur Aspergillus sp. yang tumbuh, pada suhu 30 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.
3.3.3 Kultivasi Khamir Saccaromyces sp.
1. Media MEA yang telah dibuat pada percobaan teknik sterilisasi dan pembuatan media sebelumnya dituangkan ke dalam tiga cawan petri sampai menutupi permukaan bawah dan tiga tabung reaksi secara miring.
2. Dilakukan dalam Laminary Air Flow untuk inolulasi goresan secara zig-zag pada cawan petri dan tabung reaksi menggunakan jarum ose.
3. Dimasukkan ke dalam inkubator untuk disimpan/diisolasi dengan posisi cawan petri terbalik dan tabung reaksi dimiringkan.
4. Dinkubasi hingga 48 jam hingga terlihat Khamir Saccaromyces sp. yang tumbuh, pada suhu 30 oC.
5. Diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya untuk menentukan secara jelas bagaimana bentuk, tepian, warna, dan elevasinya.
6. Dihitung jumlah koloni dengan menggunakan colony counter.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Kultivasi Bakteri E. coli
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
NA1 (1) 35 Berbenang-benang Bercabang Putih susu Cembung
2.
NA2 (1) 45 Rizoid Tak beraturan Putih susu Cembung
3.
NA3 (1) 25 Tak beraturan dan menyebar Berombak Putih susu Cembung
4.
NA1 (4) 8 Bundar dan tepian menyebar Bercabang Putih susu Datar
5.
NA2 (4) 19 Konsentris Tak beraturan Putih susu Cembung
6.
NA3 (4) 49 Tak beraturan dan menyebar Berombak Putih susu Seperti kawah
Tabel 4.1.2 Kultivasi Jamur Aspergillus sp
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
PDA1 (2) 56 Filiform Wol Hitam Tombol
2.
PDA2 (2) 79 L Wol Hitam Tombol
3.
PDA3 (2) 111 Filiform Wol Hitam Kawah
4.
PDA1 (5) 66 Bundar menyebar Wol Hitam Kawah
Tabel 4.1.3 Kultivasi Khamir Saccaromyces sp
No. Gambar Kode Isolat Jumlah Koloni Bentuk Tepian Warna Elevasi
1.
MEA1 (3) 130 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
2.
MEA2 (3) 43 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
3.
MEA3 (3) 53 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
4.
MEA1 (6) 68 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
5.
MEA2 (6) 116 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
6.
MEA3 (6) 93 L Licin Putih susu mengkilap Tombol
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang dikultivasikan pada percobaan ini adalah bakteri Escherichia coli dari media Nutrien Agar, Jamur Aspergillus sp dari media Potato Dekstroxe Agar, dan Khamir Saccaromyces sp dari media Malt Extract Agar. Mula-mula melakukan inokulasi mikroba menggunakan teknik goresan pada tabung reaksi dan cawan petri dengan bantuan jarum ose. Inokulasi ini dilakukan dalam Laminary Flow.
Jarum ose yang digunakan ini sebelum dan sesudahnya harus dibakar sempurna dengan api bunsen. Hal ini dilakukan agar jarum ose dalam keadaan steril dan jauh dari mikroorganisme pengganggu yang dapat mengkontaminasi medium dan membuat hasil yang diinginkan menjadi tidak baik. Diupayakan pula agar selelu memanaskan mulut tabung serta pinggiran cawan petri sebelum dan setelah melakukan inokulasi agar tidak ada mikroba lain yang masuk meluluinya.
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan memplester cawan petri dengan plastis agar keduanya dalam keadaan tertutup saat dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam. Cawan petri ini diharuskan dalam posisi terbalik, yaitu tutup berada pada permukaan bawah. Hal ini dilakukan supaya saat inkubasi berjalan, uap yang dihasilkan oleh panas diperkirakan jatuh hanya pada tutup cawan petri yang berada di bawah sehingga tidak dikhawatirkan akan terkenai medium dan tidak mengganggu proses kultivasinya.
Mengisolasi suatu mikroba adalah adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannnya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa taknik mengisolasi mikroba adalah dengan sara goresan, cara teburan/tuang, cara sebar, cara pengenceran, dan mikromanipulator.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik goresannya dilakukan dalam wadah Laminary air flow. Dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag, kecuali pada jamur yang hanya ditanam satu ose agar hifanya tidak terputus.
Bakteri Escherichia coli yang dapat diamati ini berasal 6 media NA. secara garis besar adalah berbentuk tidak beraturan dan terdapat benang-benang yang berada pada permukaanya, dengan tepian bercabang dan ada pula yang berombak. Warna yang nampak adalah putih susu dan elevasinya adalah cembung. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini sedikit kurang dari 50 koloni.
Jamur Aspergillus sp dapat diamati ini berasal 4 media PDA. secara garis besar adalah berbentuk filiform dan sedikit tadak beraturan, dengan tepian berbentuk wol dengan sarabut-serabut hifa. Warna yang nampak adalah hitam dan elevasinya adalah tombol dan kawah. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini sedang, lebih dari 50 dan kurang dari 100 koloni.
Khamir Saccaromyces sp dapat diamati ini berasal 6 media MEA. secara garis besar adalah berbentuk L, dengan tepian yang licin tanpa ada ombak atau benang. Warna yang nampak adalah putih susu dan elevasinya adalah seperti tombol. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini banyak, lebih dari 100 koloni.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Mikroba yang akan dikultivasi adalah Bakteri Escherichia coli, Jamur Aspergillus sp, dan Khamir Saccaromyces sp.
2. Teknik inokulasi pada percobaan ini adalah dengan cara gores.
3. Jarum ose harus dibakar sempurna sebelum dan sesudah menginokulasi mikroba.
4. Pada proses iosolasi di dalam inkubator, cawan petri harus dibungkus dan diletakkan terbalik.
5. Jumlah koloni yang dihasilkan pada bakteri rata-rata jumlahnya adalah sedikit (<50), sedangkan pada jamur yaitu sedang (50-100), dan pada khamir berjumlah banyak (>100)
5.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah agar praktikan berhati-hati dalam melakukan proses inokulasi gores terhadap media karena memerlukan keterampilan praktikan agar hasil yang dicapai bisa optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.
Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba.
http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2
Diakses pada tanggal 10 November 2010.
Gaman, P.M. dan Shernington, K.B. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press. Jakarta
Pelczar, M. J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit UI. Jakarta
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.
semoga manfaat
Ekotek? Anugrah atau musibah?
Menulis ini sambil menitikkan air mata...
Ya Allah, sungguh suatu kenekatan kecil yag kuhadapi saat menentukan mata kuliah yang akan diambil, dulu sihh masih paket, jadi nyaman-nyaman aja, ehhh pas dikasih pilihan? bingung mau bagaimana? yahh akhirnya saat konsul aku memutuskan memilih 2 mata kuliah msg2 2 sks, yang adanya pada semester 7 (waow, nekat nekat nekat!) pokoknya udah ambisius bakalan satu mata kuliah ditinggalkan, mengurangi 2 sks. Pokoknya harus! Jujur dari lubuk hati yang dalam, mata kuliah yang kutulis pada judul ini sebenarnya yang dari awal sudah ingin kulepas.. Well, ternyata kenyataan berkata lain, inilah yag kupertahankan dengan (mudah-mudahan)sepenuh hati dan semoga aku mendapatkan ilmu dari sini, paling tidak hasilnya bukanlah sia-sia. Ohh ekonomi teknik kimia, seperti inikah rasanya bersamamu.. Ohh ekonomi yang dulu pada bangku SMA sering kuacuhkan :(
Hmmm.. kembali ke awal, apapun yang telah kujalani, aku harus bersyukur, paling tidak aku harus bertanggung jawab apa tang telah kupilih... Bissmillah, aku yakin bisa!
Oya, dua minggu yang lalu kami dapat tugas besar yang dikerjakan satu kelompok, yang pembagiannya kami lakukan hom-pim-pah, uhhh syukur sekali bisa dikerjakan tepat waktu meskipun harus begadang, hiks hiks (ehh ngeluhh). Tugas ini adalah meng-upgrade BAB X
EVALUASI EKONOMI dari TA kakak tingkat, dengan judul PERANCANGAN PABRIK METANOL DARI BATUBARA
TAHUN PENDIRIAN 2015.
klik tugas ini:
Evaluasi Ekonomi Teknik
semoga manfaat ^^
Pengetahuan Kecil tentang Teknik Kimia
Yah, selama aku berada dalam lingkaran Chemical Engineering ini...
Ada banyak yang kupelajari.. Tentang sains dan segala hal yang membuatku upgrade untuk ke depannya. Ada ilmu yang tertulis dan yang tidak tertulis, ada yang bermanfaat dan adapula yang mungkin belum bermanfaat.. Tapi ii sini ada beberapa dari ilmu tersebut:
Yang menempati posisi teratas karena yang puaaalliing banyak, adalah
Laporan Praktikum Teknik Kimia
Kemudian beberapa makalah, yaitu:
- Pembangkit Listrik Tenaga Gas
- Natrium Karbonat
- Ilmu Kealaman Dasar
- Kerukunan Antar Umat Beragama
- Laporan Studi Banding
Dan beberapa tugas paper lainnya :
- Artikel Magnet
- Fluid Mechanics
- Ekonomi Teknik Kimia
- Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dan yang terakhir, adalah ilmu-ku yang kupelajari dari jaman purbakala SMA, yaitu Tabel SPU
Semoga Manfaat ^^