RSS

Musibah adalah Anugrah

Memori di masa silam..

"Terdedikasi untuk seluruh manusia di muka bumi, untuk selalu mengingat bahwasanya kematian adalah sesuatu yang nyata, apabila terjadi, maka itulah adanya.”


Sampit, 7 April 2008
Menunjukkan pukul 06.10 WIB. Aku masih ingat, sangat ingat jelas. Hari itu adalah hari senin. Dan aku juga masih ingat, senin adalah upacara bendera rutin dan selanjutnya adalah mata pelajaran olahraga, kelas kami F-1 (FORmasi ilMU aLAm- 1) berkumpul bersama dengan kelas US-Prow (United Science PROgram tWo). Kami sama-sama kelas 2 SMA. Biasanya aku berangkat sekolah dengan seorang sahabat gila gokil karibku si @ekhadul (account twitternya) yang notabene US-PROW, dan kalau kebagian jadwal aku yang bawa motor, pasti aja ngepress berangkatnya.

Dan apabila hampir sampai sekolah aku akan harap-harap cemas menunggu takdir, telat atau selamat. Dan akhirnya, fakta menyatakan kami telat (ya, aku penyebabnya, hiks). Ada gurat kecewa di wajah temanku ini, dia telat karena aku, dan sepertinya ini untuk pertama kali buat dia. Kalau aku, jujur sudah sangatlah sering. Ini bisa kusebut dengan teguran pertama.

07.50 WIB
Alhasil, melalui proses hukuman yang lama karena keterlambatan di atas, kami bersama-sama ganti kostum untuk olahraga. Oh ya, kebahagian muncul karena dosen, eh guru maksudnya, memberikan kebebasan untuk melakukan olah-raga apapun, yang penting bergerak. Yuhuuuu.. Its time to express our life… Akhirnya, dengan lapangan yang indah apa adanya, kami pun berbagi games. Untuk kaum laki-laki yang jumlahnya lebih sedikit ini bermain futsal dan basket. Sedangkan kami para wanita yang jumlahnya membludak ini bermain KASTI. Sudah pasti, F-1 Vs US-PROW.
Ini adalah saat-saat yang paling membahagian karena pada waktu itu, aku mampu menggerakkan semua anggota gerak badan dengan respon yang baik. Subhnaalloh, Maha suci Allloh denga segala KehendakNya untuk si tercipta. Aku bisa melempar tongkatnya bola KASTI sekuat mungkin dengan kedua tanganku juga penerima yang handal bahkan hanya satu tangan, ironisnya saat bola sudah di tanganku, aku bingung sendiri hendak diapakan baiknya. Sayup-sayup, kami bertepuk tangan gembira saat skor labih unggul ketimbang lawan (tangis membucah saat menulis ini sambil mengingat masa lampau).

Teeetttttttttttt… Bunyi bel panjang pergantian mata pelajaran.
Tapi kami yang sedang asyik bermain kasti ini acuh tak acuh sambil melanjutkan permainan, apalagi kami F-1 yang ini keukeuh tak ingin mengakhiri permainan, apalagi saat itu US-PROW lebih unggul. Kalau permainan ini selesai, tamatlah kami sebagai tim yang kalah.

Teeetttt………. Bunyi bel penanda waktu istirahat. Kami mulai saling lirik memberi kode, apakah dilanjutkan atau tidak. Jelas kalau dilanjutkan, kami akan jadi tontonan besar warga sekolah, dari adik tingkat sampai kakak tingkat. Tapi, kami malah tetap acuh tak acuh. Lanjutttkaaann!!!
Selang beberapa menit, wali kelas US-PROW yang kebetulan melihat, langsung member kode kami untuk bubar. Ada senyum lebar dari mereka, ada cemburu membakar di hati kami F-one. Ini olahraga spektakuler. Tapi kenyataan pahit menyapa, kami kalah. Skor tertinggal jauh. Dan yang ironis adalah, aku tidak tahu kalau ini akan menjadi olahraga yang terakhir yang spektakuler bagiku.

03.15 WIB
“Jadi pelatihan hari ini?” Mamah menghampiri aku yang sedang asyik bermain catur dengan adikku ini.
“Jadi, Mah. Nanti.” Aku masih menatap papan catur.
“Jam berapa? Kok belum siap-siap? Mau diantar?” Tanya beliau lagi.
“Gak usah Mah, Anna berangkat sendiri aja. Bada ashar, jam 4.” Penolakan yang sangat kusesali. Aku melirik beliau.
“Yaudah sana mandi, nanti telat!” perintah beliau.
“Iyaaa, Mah..” buru-buru ke kamar mandi. Papan catur tergeletak pasrah. “De.. rapikan caturnya yaaaa, nanti main lagi..” aku teriak sambil berlari ngacir.

03.50 WIB
“Ann.. ini udah hampir jam 4 tapi kok belum berangkat..” teriak beliau mengingatkan.
“Iya Mah, ini lagi masang jilbab..” kulakukan sambil melipat mukena juga.
“Kebiasaan deh, kalau berangkat waktunya ngepress. Lain kali ya berangkat jam 3, sholat ashar di mushola sekolah kan bisa.” Beliau memberikan saran yang diulang ulang sejak dulu, yang kusesali juga kenapa tak pernah sekalipun kuterapkan.
“Iyaa mah, tapi lebih enak sholat di rumah. Biar plong.” Aku pamit sambil cupika-cupiki Mamah.
“Ada yang ketinggalan? Sarung tanganmu gak pakai?”
“Oh iya.. Aduh Anna udah makai sepatu, tolong ambilkan, Mah..”
“Kamu ini, kebiasaan gak disiapkan dulu! Dimana?”
“Aduh lupa, ditaruh dimana ya.. Hmm.. Ga jadi Mah, gak panas juga harinya…”
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan ngebut!” Aku senyum sambil mengangguk.

04.00 WIB
Selalu. Selau begitu. Aku bukannya suka dengan telat. Tapi aku hanya ingin tepat waktu. Tidak ingin terlalu datang paling awal, tapi juga tak oingin datang terlambat seperti ini. Mau tidak mau.. aku ngebut juga. Maaf Mah, untuk sekian kalinya aku melanggar perintahmu. Maaf Mah, mungkin Anna bukan anak Mamah yang baik, tapi Anna juga tak ingin menjadi anak yang tidak baik…

Dan demi masa, yang tak dapat kukendalikan apabila tiba waktunya.. (tangis kembali membuncah saat menulis ini)

Aku yang hanya dengan satu tujuan ini, menambah kecepatan motor yang kukendarai. Tatapan fokus ke depan. Kosong. Aku mulai menambah kecepatan lagi hingga kulihat di depan ada sebuah motor yang berjalan lambat. Akhirnya kuperlambat kecepatan, namun fokus untuk mendahului motor di depan yang entah mengapa bartambah lambat jalannya. Its about time. Si motor yang berjalan lambat itu tiba-tiba membelokkan motornya tepat saat motorku hampir menyelipnya. Tak dapat ditunda, kami pun bertabrakan.

Salah siapa? Siapa salah?

Motorku dan juga diriku terlontar jauh menuju pinggir jalan raya. Tak ada yang kurasakan. Badan tak sanggup kugerakkan, tak ada respon. Semakin kupejamkan mata, semakin perih rasanya hati yang bingung, dalam keadaan tak sadar aku menanyai diriku sendiri, apa yang terjadi denganku. Aku tergeletak pasrah tanpa ada yang menolongku. Apa aku sendiri? Tak adakah orang yang lewat? Kuberanikan untuk berucap meminta tolong, tapi tak ada satupun kata yang dapat kulisankan, lidahku kelu. Mata. Ya, mungkin mata dapat kubuka untuk melihat sekitar.

Perlahan kubuka dan ternyata membukanya merupakan sakit yang perih. Bukan mata yang perih. Namun hatiku. Melihat betapa ironis keadaanku. Mungkin ini bisa terobati nanti. Tapi, yang sangat meremukkan hatiku adalah kenyataan yang langsung kusaksikan sendiri, bergerombol orang membantu penumpang si motor yang berjalan lambat tadi, terdiri dari 2 orang perempuan dan satu anak kecil. Aku mencoba mencerna keadaan sekitar, berpikir mengapa tak ada satupun orang yang bergerombol sudi menolongku, paling tidak memindahkan motor yang sedari tadi menindihku ini.

Mengapa??
Apa karena mereka lebih mengenal 2 orang tadi beserta anak kecilnya? Atau karena melihat keadaanku yang ironis sehingga rasanya percuma mendapatkan pertolongan? Atau karena aku yang salah karena menyelip motor yang berjalan lambat itu tanpa membunyikan klakson?
Kembali tangis di hati membuncah. Kebingungan terus menambah. Aku ingin bangkit tapi tak tau harus seperti apa.


10 April 2008
Aku masih terbaring di kasur kamarku. Dengan tangan kiri dipasang gips yang masyaalloh beratnya tak terkira, aku mengalami fisura pada pergelangan tangan. Ini adalah saat-saat aku rawat jalan. Tanpa selang infus yang berhasil kutolak, aku hanya ditemani obat-obatan yang paling tak kusuka. Jujur, sangat terasa sedih bukan karena fisikku yang lemah, tapi karena tak ada satupun teman di sekolah yang menjengukku, mendatangiku memberi semangat, mereka hanya mengirim sms yang kubaca berulang kali.
Entah mengapa, aku hanya ingin berpikir positif supaya tidak menyakitkan, mungkin mereka sibuk dan jarak rumah dengan sekolah itu lumayan jauh, sekitar 8 kilometer. Ironis.
Yang kuperhatikan, mereka yang datang menjenguk adalah tetangga-tetangga yang hanya berada di sekitar kompleks perumahan, meski yyang paling banyak adalah ibu-ibu yang teman Ibundaku. Ironis. Tak punyakah aku teman? Punya, tapi mereka sangatlah jauh, semoga. Saat rumah sepi dan aku sendiri, aku meluangkan waktu untuk menangis. Maratapi hal yang kusesali. Lambat laun aku mulai mengerti, bahwa Sang Maha Pencipta tak akan memberikan cobaan yang tak dapat kulalui hingga aku mendapatkan ibrohnya. Berikut kusebutkan:

1. Bersyukur dengan pemberianNya, jangan terlena karena itu semua hanya titipan. Sewaktu-waktu bisa saja hilang.
2. Hidup bukan hanya bagaimana kita bisa mandiri, tapi bagaimana caranya agar bisa bersosialisasi dengan orang lain. Temanmu kelak bisa menjadi relasimu.
3. Persiapkan bekalmu selama berada di dunia untuk akhirat kelak.
4. Banyak-banyak ber-istighfar, sekecil apapun kesalahan itu.



10 April 2011
3 tahun sudah berlalu. Aku bahkan beruntung, karana masih diberi kepercayaan untuk menjalani hidup. Bayangkan saja, apabila di lauhul mahfuz tercatat bahwa 070408ini adalah kiamat sughro bagiku, maka hendak di bawa keman aku ini? Dengan bekal yang sangatlah sedikit, dengan iman yang mudah goyah, dengan dosa yang tertumpuk.. Aku menangis sejadi-jadinya. Karena bila Alloh berkehendak, bisa saja Dia mematikan kerja jantungku hingga otakku berhenti pula pada saat itu, dan ahhhh..
Astagfirullohh..
Atau mungkin bisa saja seperti ini. Aku mengalami kelumpuhan total tangan kiriku, hingga perlu diamputasi. Siapkah aku? Bagaimana aku akan menjalani hidup nanti? Ya Alloh, berikan hal yang terbaik bagiMu. Ini adalah teguran yang nyata, Alhamdulillah.. Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Semua bisa terjadi, ini hanya perkara waktu. Demi Masa.


-------------------------------------
Lewat tulisan ini, meski aku tahu bahwa beliau tak akan membacanya.. Tapi sekali lagi, terimakasih telah mengandungku selama 9 bulan dan menyampihku serta merawatku hinga aku saat ini. Sampai kapanpun, tak ada yang mampu menggantikan posisimu, itu akan permanent hingga kita dipertemukan kembali di hari yang besar, Aamin..

Untuk refresh, baca ini:
Calon cita-cita di masa lampau

semoga manfaat ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 comments:

Khyrdyn mengatakan...

nice post...

pengalaman itu berharga.. lebih berharga lagi ketika bisa melihat hikmahnya...

tidak ada yang sia-sia (Q.S. Ali Imran : 191)

Anonim mengatakan...

subhanallah...jadi kangen masa2 SMA cho..T.T

Anna Al Choirunnisa mengatakan...

@choerudin: thanks, nice name... pengalaman tak akan pernah terlupakan apalagi bermanfaat untuk pembelajaran ke depannya.

@dewi: iyo mba.. yuk reunian.. muleh yo muleh.. ^^

Jadilah SaMoNa (Sahabat Mom Anna)