RSS

PERCOBAAN 1 ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan ini adalah :
1. Membuat larutan standar HCl 0.1 N serta menetapkan konsentrasi larutan standar HCl dengan cara standarisasi dengan larutan Borax (Na2B4O7.10 H2O) dan Na2CO3 anhidrous.
2. Membuat larutan standar NaOH dan standarisasi dengan asam oksalat.
3. Menentukan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan serta menentukan kadar NH3 dalam garam amonium (NH4Cl).

1.1.2 Latar Belakang
Dalam menganalisa suatu larutan , metode berjalan dengan menitrasi larutan sampel dengan larutan asam maupun basa. Kesetimbangan asam basa merupakan topik yang penting dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain yang memanfaatkan kimia. Titrasi yang menggunakan atau melibatkan asam basa diterapkan secara luas dalam analitik banyak produk dan penguraian asam basa yang mempunyai pengaruh pada proses metabolisme tubuh.
Dalam industri, penentuan kadar asam asetatdigunakan dalam cuka komersil yang dilakukan untuk mengendalikan analitik produk komersil, yaitu cuka. Dalam hal ini cuka mempunyai pengaruh besar karena kebanyakan digunakan dalam bahan makanan. Oleh karena itu, titrasi asidimetri dan alkalimetri penting untuk dipelajari.

1.2 Dasar Teori
Asam dan basa telah diketahui dan dicirikan sejak zaman dahulu. Deskripsi kimia dan penjelasannya serta perilaku kimianya telah dikembangkan melalui beberapa langkah yang canggih dan umum. Titrasi dadasarkan pada penelitian kimiawan Swedia, Svante, Arrhenius, yang mendefinisikan asam basa dari segi perilakunya serta ketika dilarutkan dalam air. Dalam kebanyakan reaksi asam basa, tidak ada perubahan warna yang tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji (Oxtoby, 2001: 302).
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001: 303)
Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkali metri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
(Bassett, 1994: 261 ).
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah
(Svehla, 1990:27 ).
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus ml titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat.
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan.
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping.
2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.
3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan.
4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja).
(Underwood, 1999: 142).
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990:39).
Air mengandung ion dalam jumlah kecil sekali. Hal itu disebabkan oleh terjadinya rekasi asam basa sesama molekul air (autoionisasi) dan membentuk kesetimbangan :
H2O + H2O H3O+ + OH-
Dengan kata lain, air adalah elektrolit lemah dan bila H3O+ disederhanakan menjadi H+, maka kesetimbangan itu ditulis sebagai :
H2O H+ + OH-
Jika larutan mengandung asam, berarti menambahkan jumlah H+, dan akan menggeser kesetimbangan ke kiri sampai tercapai kesetimbangan baru. Pada kesetimbangan baru, konsentrasi H+ lebih besar dari pada OH-, tetapi perkaliannya tetap 10-14. Hal yang sama akan terjadi bila air ditambah bas sehingga dicapai kesetimbangan baru dengan nilai [OH-] > [H+] dan perkaliannya tetap 10-14.
Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dibagi tiga, yaitu :
• Larutan asam : [H+] > [OH-]
• Larutan netral : [H+] = [OH-] = 10-7
• Larutan basa : [H+] < [OH-]
(Syukri, 1999: 393)
Analisis titrimetrik adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang tercakup di dalamnya berdasarkan pada hubungan stokiometrik dari reaksi kimia yang sederhana.
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada rekasi kimia seperti :
aA + tT produk
Di mana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul pereaksi, T. Pereaksi T, yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar, dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standarisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada A. selanjutnya akan dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, maka dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir ( Day dan Underwood, 2002: 43).
1.3 Metodologi

1.3.1 Alat dan Deskripsi alat
Alat-alat yang digunakan adalah :
- corong - gelas ukur 50 ml
- labu ukur 250 ml - gelas arloji
- pipet tetes - erlenmeyer 100 ml, 250 ml
- batang pengaduk - buret asam dan basa 50 ml
- gelas beker 250 ml, 500 ml - neraca analitik

Keterangan :
1. Buret
2. Erlenmeyer

1



2
Gambar 1.1 Rangkaian alat titrasi
1.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini :
- HCl 0,1 N - Indikator metil merah
- Akuades - Asam cuka 5 ml
- Borax 0,2 gram - NaOH kristal 1 gram
- Na2CO3 0,2 gram - Asam oksalat 0,6 gram
- Indikator PP - NH4Cl 0,2 gram


1.3.3 Prosedur Kerja
1.3.3.1 Asidimetri
1.3.3.1.1 Standarisasi HCl dengan Borax
1. Menimbang 0,2 gram Borax.
2. Memasukan ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian mengencerkan dengan 25 ml akuades, mengoocok hingga larut.
3. Menambahkan 3 tetes indikator metil merah.
4. Menitrasi larutan dengan HCl sampai berubah warna dari kuning menjadi merah muda atau putih.
5. Mencatat volume titran.

1.3.3.1.2 Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
1. Menimbang Na2CO3 sebanyak 0,2 gram, kemudian melarutkannya dengan aquadest sebanyak 60 ml di dalam erlenmeyer dan mengocoknya sampai larut.
2. Menambahkan larutan dengan indikator metil merah 3 tetes.
3. Menitrasi dengan HCl sampai berubah warna dari jingga menjadi merah muda.
4. Mencatat volume titran.

1.3.3.2 Alkalimetri
1.3.3.2.1 Membuat larutan standar NaOH
1. Menimbang 1 gram kristal NaOH kemudian melarutkan dalam akuades dalam labu ukur 250 ml hingga tanda tera, memindahkan ke dalam gelas beker 500 ml.
2. Memanaskan hingga larut.

1.3.3.2.2 Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
1. Menimbang 0,6 gram Asam Oksalat dengan gelas arloji, kemudian memasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Melarutkan dengan akuades hingga 100 ml.
3. Mengambil Asam Oksalat sebanyak 10 ml.
4. Menambahkan indikator PP 3 tetes.
5. Menitrasi larutan dengan NaOH.

1.3.3.2.3 Menentukan kadar NH3 dalam Amonium Klorida
1. Menimbang 0,2 gram NH4Cl lalu dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Menambahkan 75 ml NaOH yang telah di standarisasi.
3. Menambahkan 3 tetes metil merah.
4. Metitrasi dengan larutan standar HCl.

1.3.3.2.4 Penentukan kadar Asam dalam Asam Cuka yang diperdagangkan.
1. Menimbang botol kosong lalu memasukan 5 ml asam cuka contoh lalu menimbangnya lagi lalu menghitung berat asam cukanya.
2. Memindahkan asam cuka tersebut ke dalam labu ukur 250 ml dan menambahkan akuades sampai tanda batas dan mengocok.
3. Memipet asam cuka 10 ml ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP.
4. Menitrasi dengan NaOH sampai warna menjadi merah muda / pink.
5. Mencatat volume titrannya.

1.4 Hasil dan Pembahasan

1.4.1 Hasil
1.4.1.1 Hasil Pengamatan
1.4.1.1.1 Asidimetri
Tabel 1.1. Standarisasi dengan Borax
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.


3.
4.
5. Menimbang Borax
Memasukannya dalam erlenmeyer ditambahkan akuades, mengocok

Menambahkan 3 tetes metil merah.
Menitrasi dengan HCl 0,1 N
Menghitung volume titran m = 0,2 gram
Vakuades = 25 ml
Borax melarut jadi Larutan homogen
Warna kuning
Warna merah muda
Vtitran = 16 ml

Tabel 1.2. Standarisasi dengan Na2CO3 anhidrous
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.


3.
4.
5. Menimbang Na2CO3
Memasukannya ke dalam erlenmeyer tambahkan akuaes, kemudian mengocok

Menambahkan 3 tetes metil merah
Menitrasi dengan HCl 0,1 N
Menghitung volume titran m = 0,2 gram
Vakuades = 75 ml
Melarutkan Na2CO3 menjadi larutan homogen
Warna kuning
Warna merah muda
Vtitran = 99,5 ml

1.4.1.1.2 Alkalimetri
Tabel 1.3 Pembuatan Larutan Standar NaOH
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.

3. Menimbang NaOH
Melarutkan NaOH dengan akuades dalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera
Memenaskan hingga larut m = 1 gram
Vcampuran = 250 ml
larutan homogen


Tabel 1.4. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.


3.

4.
5.
Menimbang Asam Oksalat
Memasukannya dalam erlenmeyer dengan air sampai 250 ml, melarutkan dengan akuades
Memipet larutan, menambahkan pp 3 tetes

Menitrasi dengan NaOH
Menghitung volume titrannya m = 0,6 gram
V= 100 ml


V = 10 ml
Larutan berwarna putih
Warna merah muda
Vrata = 4 ml

Tabel 1.5. Penentuan kadar NH3 dalam NH4CL
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5. Menimbang NH4Cl
Menambahkan NaOH standar
Menambahkan 3 tetes metil merah
Menitrasi dengan HCl 0,1 N
Menghitung volume tutran m = 0,2 gram
VNaOH = 75 ml
Warna kuning
Warna putih
Vrata = 58,6 ml

Tabel 1.6. Penentuan kadar Asam dalam Asam Cuka
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.

2.


3.
4.
5.
6. Menimbang gelas kosong 250 ml dan mengukur asam cuka
Menimbang beker dan cuka, lalu mengencerkan dengan akuades sampai 250 ml
Memipet larutan
Menambahkan pp 3 tetes
Menitrasi dengan HCl 0,1 N
Menghitung volume titrsn mgelas = 95,8 gram
Vcuka = 5 ml
m = 102 gram
V = 250 mL

V = 10 ml
Warna bening
Warna merah muda
Vrata = 2,3 ml

1.4.2 Pembahasan
1.4.2.1 Asidimetri
1.4.2.1.1 Standarisasi dengan Borax (Na2B4O7. 10H2O)
Pada percobaan ini dilakukan penimbangan Kristal borax sebanyak 0,2 gram menggunakan neraca analitik. Kemudian dilakukan pelarutan dengan akuades 25 ml. Borax dan akuades bercampur menjadi larutan homogen.
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 + H2O → 2NaOH + H2B4O7
Penambahan akuades untuk melarutkan borax yang berbentuk padatan, sehingga mempercepat proses titrasi, dan untuk menghitung kosentrasi dari larutan borax. Pada larutan ditambahkan indikator metil merah 3 tetes. Fungsi dari penambahan indikator adalah untuk mengetahui kapan reaksi akan terjadi setelah mencapai titik akhir. Range pH indikator metil merah adalah 4,2 – 6,3.
Penambahan indikator menyebabkan adanya perubahan warna yaitu kuning. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N dan penitrasian berakhir setelah perubahan warna yaitu dari kuning menjadi merah muda. Hal ini dipengaruhu oleh adanya ion H+ yang bersifat asam yang berasal dari larutan HCl. Penambahan HCl disebabkan oleh prinsip asidimetri yaitu analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya. HCl digunakan karena merupakan asam kuat. Selain itu agar kuntitatif borax harus dititrasi dengan asam kuat.
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 . 10 H2O + 2HCl → 4H3BO + 2NaCl + 5H2O
Larutan HCl dibakukan dengan borax dimaksudkan untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk sehingga dapat membuat indikator merubah warna arutan tersebut. Larutan borax pada percobaan ini berperan sebagai standar primer. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh konsentrasi HCl dari standarisasi dengan borax sebesar 0,0656 N.
1.4.2.1.2 Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhidrous
Standarisasi HCl dengan Na2CO3 anhodrous, prosesnya hampir sama dengan pembuatan Borax, yaitu melakukan penimbangan kristal Na2CO3 0,2 gram kemudian melarutkannya dengan aquadest 25 ml dikoocok sampai larut. Fungsi dari dilakukannya hal ini adalah untuk mempermudah proses penitrasian larutan.
Reaksi yang terjadi :
Na2CO3 + H2O → 2Na+ + CO3- +H2O
Dilakukan penambahan 3 tetes metil merah. Penggunaan indikator disebabkan oleh keadaan titik ekivalen yang termasuk dalam kisaran pH yaitu 4,2 -6,3. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda. Perubahan warna terjadi karena adanya pengaruh dari ion H+ yang bersifat asam dari larutan HCl. Penambahan HCl sesuai dengan prinsip asidimetri yaitu analisa titrimetri yang menggunakan asan kuat sebagai titrrannya, dan HCl merupakan asam kuat. Na2CO3 berperan sebagai standar primer. V titran pada penitrasian besar dikarenakan pH pada titk akhir lebih besardaripada trayek pH indikator metil merah. pH pada titik akhir titrasi pertama yaitu 8,3 karena terbentuk garam NaHCO3 yang sedikit basa dan trayek MM yaitu 4,2 – 6,2, sehingga perlu HCl yang banyak untuk mencapai trayek pH tersebut.
Reaksi yang terjadi :
Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + CO2 + H2O
Dari hasil perhitungan dapat diketahui konsentrasi HCl sebasar 0,0379 N.

1.4.2.2 Alkalimetri
1.4.2.2.1 Membuat Larutan Standar NaOH
Pembuatan larutan ini dilakukan dengan cara penimbangan terlebih dahulu kristal NaOH seberat 1gram. Dilakukan pelarutan dengan akuades dalam labu ukur sampai tanda tera. Kemudian dilakukan pemanasan. Penambahan akuades dilakukan untuk melarutkan NaOH yang berbentuk padatan sehingga mempercepat pelarutan NaOH. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat larutnya NaOH pada prosesnya, serta logam Na yang merupakanlogam yang sangat reaktif sehingga apabila langsung terkena air dingin akan mengakibatkan perubahan tekanan.
Reaksi yang terjadi :
NaOH + H2O → Na+ + OH− + H2O
Dapat diketahui normalitas NaOH sebesar 0,1 N.

1.4.2.2.2 Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Dalam percobaan ini Asam Oksalat digunakan sebagai standar primer karena tidak semua standar tersedia dalam keadaan murni. Karena larutan asam oksalat tersedia dalam komposisi kimia yang jelas dan murni serta larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi sampingan.
Kristal Asam Oksalat ditimbang sebanyak 0,6 gram, kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 100 ml.Tujuan dari pelarutan agar seluruh asam oksalat larut dan dapat bereaksi ketika dititrasi. Larutan dikocok hingga homogen seluruh asam oksalat larut dan mempunyai konsentrasi yang sama.
Reaksi yang terjadi :
H2C2O4 + 2H2O → C2O4− + 2H3O+
Larutan Asam Oksalat tersebut diambil sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan dengan indikator pp 3 tetes dan dititrasinya dengan larutan NaOH yang telah dibuat pada percobaan sebelumnya. Fungsi penambahan indikator pp untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari bening menjadi merah muda. Range pH indikator pp adalah 8,3–10.
Reaksi yang terjadi :
H2C2O4 + 2H2O + 2NaOH  Na2C2O4 + 4H2O
Perhitungan sesuai dengan prinsip alkalimetri yaitu analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya. NaOH merupakan basa kuat. Asam oksalat kuantitatif harus dititrasi dengan basa kuat. Dari perhitungan dapat diketahui konsentrasi NaOH yaitu 0,1361 N.

1.4.2.2.3 Menentukan kadar NH3 dalam NH4Cl
Pada percobaan ini dilakukan penimbangan kristal NH4Cl seberat 0,2 gram, kemudian dilakukan pelarutkan dengan 75 ml NaOH yang telah distandarisasi lalu dikoocok dan dipanaskan sampai menguap, hal ini dilakukan karena hasil dari pemanasan ini akan merubah ikatan dari NH4Cl menjadi berikatan dengan NaOH sehingga larutan hasil dapat dengan mudah dipisahakan dan menghasilkan NH3 yang diinginkan.
Reaksi yang terjadi :
NH4Cl + NaOH → NaCl + NH3 H2O
Larutan ditambahkan dengan indikator metil merah. Penambahan indicator disebabkan oleh keadaan titik ekivalen yang termasuk dalam kisaran indikator ini. Range pH indikator metil merah adalah 4,2 – 6,3. Larutan dititrasi dengan HCl standar untuk mengikat NH3 sehingga dapat dihitung kadar NH3 nya. Larutan berubah warna dari warna kuning menjadi merah muda. Hal ini dilakukan karena masih terdapat NH4OH hasil rekasi sebelumnya yang belum terubah menjadi garam. V titrasi yang dihasilkan kebih besar dikarenakan pH pada titik akhir titrasi lebih sedikit basa karena adanya amonia (basa lemah) dan trayek pH MM yaitu 4,4 – 6,2sehingga memerlukan banyak HCl.
Reaksi yang terjadi :
NH4Cl + NaOH + HCl → NH4 + NaCl + H2O
Dari hasil perhitungan didapatkan kadar NH4Cl yaitu 49,81 %.

1.4.2.2.4 Kadar Asam dalam Asam Cuka yang diperdagangkan
Asam cuka termasuk dalam protolit lemah, yaitu molekul atau ion yang dapat ikut serta dengan proton yang keseimbangan asam besarnya ditentukan olh tetapan protolitisnya. Asam cuka atau sering dikenal dengan asam asetat yang sering dikonsumsi harus diencerkan terlebih dahulu dengan air karena kandungan pH yang tinggi dapat membahayakan pemakai.
Untuk menentukan kadar asam cuka dapat dicari berat cuka yaitu dengan penimbangan beker gelas kosong dan mengisi dengan cuka 5 ml, lalu menimbang lagi. Asam cuka dilarutkan dengan akuades sampai 250 ml. Pengenceran dilakukan untuk melarutkan asam cuka, sehingga mempercepat proses titrasi.
Reaksi yang terjadi :
CH3COOH + H2O → CH3COO− + H3O+
Hasil pengenceran diambil sebanyak 10 ml lalu ditambahkan dengan indikator pp sebanyak + 3 tetes, hal ini dilakukan karena pp merupakan indikator untuk basa, serta sebelum melakukan proses penitrasian penambahan indikator merupakan cara yang paling tepat dalam penentuan terjadinya titik ekivalen yang terjadi seiring dengan perubahan warna larutan. Range pH indikator pp yaitu 8,3 -10. Larutan dititrasi dengan NaOH sampai warna larutan berubah dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena pengaruh basa yang dilepaskan oleh NaOH.
Reaksi yang terjadi :
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kadar asam cuka dalam cuka sampel adalah 5,5645 %. Dalam hal ini kadar asam cuka yang diperoleh dari hasil perhitungan tidak dapat dibandingkan dengan kadar asam cuka yang ada pada sampel cuka tersebut karena pada kemasannya tidak tertulis berapa persentase dari asam tersebut.

1.5 Penutup

1.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Asidimetri dan alkalimetri merupakan suatu proses penentuan kadar suatu zat baik asam maupun basa dengan cara titrasi.
2. Berdasarkan perhitungan, normalitas larutan standar HCl dengan cara standarisasi dengan Borax adalah 0,0656 N sedangkan Na2CO3 anhidrous adalah 0,0379 N.
3. Konsentrasi larutan standar NaOH dengan standarisasi dengan asam oksalat adalah 0,1361 N.
4. Kadar NH3 dalam NH4Cl adalah 49,81 %.
5. Kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan adalah 5,5645 %.

1.5.2 Saran
Saran dalam percobaan ini adalah :
1. Hendaknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan agar data yang didapat sesuai dengan yang diinginkan.
2. Digunakan variasi indikator dalam penitrasian sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan konsentrasi.
3. Menggunakan jenis–jenis larutan yang berbeda agar terdapat variasi dalam penentuan konsntrasi larutan yang dicari dengan menggunakan larutan standar.


semoga manfaat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Jadilah SaMoNa (Sahabat Mom Anna)