RSS

PERCOBAAN 5 KIMIA KOLOID SIFAT FISIKOKIMIA LAHAN GAMBUT

ABSTRAK
Sistem koloid banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, industri makanan, dan industri farmasi. Penyebab sistem koloid sering digunakan karena hal ini merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan stabil. Salah satu contoh larutan koloid yang dapat diamati adalah pada perairan gambut.
Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid dan sistem koloid lahan gambut. Dalam percobaan ini praktikan melakukan dua kali subpercobaan, yaitu tentang koloid artifisial (buatan), dan koloid natural (alami). Dalam membuat larutan koloid artifisial praktikan mencampur antara serbuk tanah gambut dengan air, kemudian menyinari 200 mL larutan koloid tersebut dengan senter baterai, mengukur pH awal larutan, dan pH akhir setelah menambahkan satu tetes asam klorida (HCl) pekat, setelah menambahkan tawas sebanyak 5 gram muncul endapan di permukaan larutan koloid dan menjadi lebih jernih serta cahaya yang datang diserap sebagian.
Larutan induk yang digunakan sebagai koloid natural adalah air gambut. Dalam percobaan ini praktikan memberikan perlakuan yang sama seperti sebelumnya, hasilnya pada proses penyinaran menggunakan senter baterai ternyata cahayanya menjadi terkumpul.
Jadi, larutan koloid bersifat asam karena pHnya kurang dari tujuh (7), partikel-partikel pada larutan koloid artifisial ukurannya lebih besar daripada partikel-partikel pada larutan koloid natural, hal ini karena koloid artifisial dibuat dari serbuk tanah yang kemungkinan telah banyak bercampur dengan bermacam-macam partikel, sedangkan koloid natural terjadi secara alami.

Kata kunci : dispersi, efek Tyndall, koagulasi, gerak Brown.

















5.1 Pendahuluan

5.1.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan agar praktikan mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid dan sistem lahan.

5.1.2Latar Belakang
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah aplikasi koloid dalam industri :
Industri makanan : Keju, mentega, susu
Industri kosmetika : Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat : Cat
Industri kebutuhan rumah tangga : Sabun, deterjen
Industri pertanian : Pestisida, insektisida
Industri farmasi : Minyak ikan, penisilin








5.2 Dasar Teori

Koloid adalah campuran dari dua zat atau lebih yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat kecil. Zat yang terdispersi dalam medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan, atau padatan. Contoh koloid antara lain semprotan aerosol (cairan tersuspensi dalam gas), asap, mayones, dan cat. (Oxtoby.2001.hal:179)
Koloid (dalam bahasa Yunani) = Cola, artinya pekat, juga disebut dispersi koloid atau suspensi. Koloid adalah campuran yang berbeda antara larutan sejati dan suspensi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa koloid merupakan sistem yang terdiri dari dua komponen atau lebih yang bukan homogen (larutan), tetapi juga tidak heterogen, melainkan diantara homogen dan heterogen. (Brady.1998.hal:117)
Koloid seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkan dalam waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan atau pengendapan. Bahkan dengan proses penyaringan/filtrasi, terkecuali dengan proses membran. Koloid sukar berdifusi karena ukuran partikelnya yang relatif besar. Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan sinar yang mengenai larutan tersebut. Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan partikel dari larutan kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini, larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion-ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif. (Tim Dosen Teknik Kimia.2009.hal:47)
Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdivisi, pada bahan itu diperagakan sifat-sifat yang menarik dan yang penting tidak merupakan ciri dari bahan dalam agregat yang lebih besar. Di lingkungan sekitar tempat tinggal kita terdapat banyak sistem koloid, baik yang alami maupun merupakan koloid buatan. (Keenan.1989.hal:455)
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid, dapat digunakan metode Efek Tyndall (Tyndall tahun 1869). Efek Tyndall merupakan peristiwa hamburan cahaya akibat pantulan cahaya ke segala arah, sehingga partikel tersebut tersebar secara acak. Akibatnya, pantulan tidak teratur. Partikel koloid mempunyai ukuran yang agak besar tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Peristiwa hamburan cahaya ini tidak terjadi pada cairan atau larutan. (Petrucci.1987.hal:79)
Campuran dua macam zat, dimana yang satu terbagi halus dalam zat lain disebut sistem dispersi. Dispersi koloid bersifat heterogen, terdiri atas fase terdispersi dan fase pendispersi. Baik fase terdispersi maupun fase pendispersinya dapat berupa zat padat, cair, atau gas. (Tim Dosen Teknik Kimia.2009.hal:48)
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, koloid dapat digolongkan ke dalam 8 jenis, yaitu :
Fase Terdispersi Media pendispersi Jenis Contoh
gas cair buih busa sabun, busa air
gas padat busa batu apung, karet busa
cair gas aerosol cair karet
cair cair emulsi susu
cair padat emulsi padat (gel) mentega
padat gas aerosol padat asap, abu
padat cair sol (suspensold) cat
padat padat sol padat zat warna dalam kaca
(Syukri.1999.hal:455)
Sifat-sifat umum yang membedakan sistem koloid dari larutan sejati dan dispersi kasar antara lain adalah :
1. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1-100nM, tidak dapat dilihat dengan mikroskop. Partikel dispersi kasar lebih besar dari 100nM.
2. Penyaringan
Dispersi kasar dapat disaring dengan kertas saring biasa, sedangkan larutan koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tetapi oleh filter ultra, misalnya keramik halus.
3. Difusi
Karena besarnya koloid dan dispersi kasar, zat ini sukar berdifusi. Jadi berbeda dengan larutan sejati yang mudah berdifusi.
4. Rupa
Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang mengenai larutan. Gejala ini disebut juga Efek Tyndall. Bila seberkas sinar dilewatkan dalam larutan sejati, semua sinar akan diteruskan. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan dalam larutan koloid, sebagian sinar diserakkan dan sebagian diteruskan.
5. Luas Permukaan
Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan partikel dari larutan sejati dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
6. Muatan Listrik
Partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerupaan ion-ion dalam larutan.
(Sukardjo.1990.hal:112)
Ditinjau dari interaksi fase terdispersi dengan fase pendispersi, koloid dapat pula dibagi atas koloid liofil dan liofob :
1. Koloid Liofil
Yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga sulit
dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut hidrofil, yaitu suka air. Contohnya agar-agar dan tepung kanji (amilum) dalam air.
2. Koloid Liofob
Yaitu koloid ya tidak menyukai mediumnya, sehingga cenderung memisah, dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air, disebut koloid hidrofob (tidak suka air), contohnya sol emas dan koloid Fe(OH)3 dalam air.
(Syukri.1999.hal:455)
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan perubahan itu, ada koloid reversible dan koloid irreversible.
1. Koloid Reversible
Yaitu suatu koloid yang dapat berubah menjadi tak koloid, dan kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya air susu bila dibiarkan akan mengendap (tida koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila diaduk akan bercampur seperti semula.

2. Koloid Irreversible
Yaitu koloid yang setelah berubah menjadi setengah koloid tidak dapat menjadi koloid lagi. Contohnya sol emas.
(Syukri.1999.hal:455)
Biasanya definisi koloid didasarkan pada ukuran partikelnya. Jika ukuran partikel antara 1-100m, sistem dispersi disebut koloid, suspensi koloid atau larutan koloid. Jika kurang dari 1m disebut larutan sejati. Sedangkan jika partikelnya lebih dari 100m, sistem ini disebut campuran kasar atau dispersi kasar. (Tim Dosen Teknik Kimia.2009.hal:47)
Ditinjau dari jenis partikelnya, ada 3 jenis koloid, yaitu :
1. Dispersi Koloid
Terdiri atas zat-zat yang tidak larut dengan partikel-partikel yang terdiri dari gabungn banyak molekul. Misalnya dispersi koloid Au dengan jutaan atom emas (As2S3), koloid belerang dengan ribuan molekul S8, dan minyak dalam air.
2. Larutan Makromolekul
Berupa larutan dari zat-zat dengan bentuk molekul yang besar hingga mempunyai ukuran koloid. Misalnya protein, hemoglobin, polivinil, alkohol, polimer-polimer pelarut organik, atau larutan karet.
3. Asosiasi koloid
Terdiri atas larutan zat-zat yang larut dengan berat molekul rendah tetapi membentuk agregat-agregat. Misalnya larutan sabun.
Dari beberapa jenis sistem dispersi, ada tiga bentuk yang panting, yaitu sol, emulsi, gel. Sol adalah dispersi koloid zat padat dalam zat padat, cair, atau gas. Emulsi adalah dispersi koloid cairan dalam cairan lain, sehingga emulsi dapat berupa air dalam minyak atau minyak dalam air. Gel adalah sol yang berbentuk setengah padat. (Tim Dosen Teknik Kimia.2009.hal:47-48)
Sifat-sifat koloid adalah sebagai berikut :
1. Sifat Koligatif
Sifat koligatif adalah kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan tekanan uap, dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid, bukan pada jenisnya. Sifat koligatif berguna untuk menghitung jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid. Sifat ini memberikan manfaat bagi organisme.
2. Sifat Optik
Ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara acak sehingga pantulan cahaya itu berhamburan ke segala arah.
3. Sifat Kinetik
Sebagai partikel yang bebas dalam mediumnya, partikel koloid selalu bergerak ke segala arah. Gerakannya selalu lurus dan akan patah bila bertabrakan dengan partikel lain. Gerakan itu di sebut gerakan Brown.
4. Adsorpsi
Pada permukaan partikel koloid, terdapat gaya Van Der Waals terhadap molekul atau ion di sekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan koloid itu disebut adsorpsi. Suatu koloid umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat membentuk satu atau dua lapisan.
5. Sifat Listrik
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif.
6. Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke dasar bejana. Peristiwa ini disebut koagulasi (penggumpalan).
(Syukri.19991hal:458)
























5.2 Metodologi

5.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, pengaduk kaca, pipet tetes, senter, tabung centrifuge, pengukur pH, dan gelas arloji.

5.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah gambut, air rawa, aquadest, tawas, kanji 5%, dan HCl 6M.

5.3.3 Prosedur Kerja
5.3.3.1 Koloid Artifisial (Buatan)
6. Membuat larutan koloid dengan mengambil 15gram serbuk tanah, kemudian memasukkan ke dalam gelas piala 500mL dan menambahkan 400mL aquadest, mengaduk hingga membentuk larutan.
7. Memisahkan koloid dan endapa dengan di dekantir, lalu memasukkan dalam gelas piala 500mL. Larutan ini berfungsi sebagai larutan induk.
8. Mengambil larutan induk 200mL dan memasukkan ke dalam gelas piala 200mL.
9. Menyinari dengan senter dan mengamati apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya.
10. Mengukur pH larutan(4), dan menurunkan pHnya sebanyak 2 satuan dengan cara menetesi dengan HCl pekat 2tetes.
11. Mengambil 100mL larutan induk, memasukkan dalam gelas piala 200mL lalu menambahkan 5gram tawas, mengaduk sampai rata, dan mendiamkan selama 20 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.
12. Mengulangi langkah 5, tetapi menambahkan 15mL kanji 5%.
13. Mengambil 2 tabung reaksi, masing-masing isi dengan larutan koloid induk hingga setengahnya. Melakukan centrifuge pada 2000rpm selama 15 menit. Mengamati perubahan apa saja yang terjadi.

5.3.3.2 Koloid Natural (Alami)
4. Mengambil 500mL air gambut/air rawa yang berwarna keruh. Larutan ini sebagai larutan induk.
5. Melakukan hal yang sama pada larutan ini seperti pada Koloid Artifisial langkah 3-8.


























5.4 Hasil Dan Pembahasan

5.4.1 Hasil Pengamatan
5.4.1.1 Koloid Artifisial (Buatan)
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Koloid Artifisial (Buatan)
No Prosedur Kerja Hasil
1. Menimbang tanah gambut m tanah gambut = 15gram
2. Menambahkan aquadest (sebagai larutan induk) v aquadest = 500mL
membentuk koloid buatan
3. Menyinari larutan induk dengan senter sinar diserap sebagian
4. Mengukur pH larutan pH awal = 5
5. Menambahkan HCl 6M, mengukur pH larutan menjadi lebih bening
pH = 3
6. Mengambil larutan induk dan menambahkan tawas v larutan = 100mL
m tawas = 5gram
larutan lebih bening dari larutan induk
7. Mengambil larutan induk dan menambahkan kanji 5% v larutan = 200mL
v kanji 5% = 15mL
larutan menjadi sangat keruh
8. Menyinari larutan induk + kanji dengan senter sinar diserap seluruhnya
9. Memasukkan larutan induk dalam tabung reaksi, dan memasukkannya dalam centrifuge larutan menjadi bening dan terdapat endapan






5.4.1.2 Koloid Natural (Alami)
Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Koloid Natural (Alami)
No Prosedur Kerja Hasil
1. Memasukkan air rawa ke dalam gelas piala v air rawa = 500mL
2. Menyinari air rawa dengan senter v air rawa = 200mL
sinar diserap sebagian
3. Mengukur pH air rawa pH awal = 7
4. Menambahkan HCl 6M, mengukur pH air rawa menjadi lebih bening
pH = 5
5. Mengambil air rawa dan menambahkan tawas v air rawa = 100mL
m tawas = 5gram
larutan menjadi putih keruh
6. Mengambil air rawa dan menambahkan kanji 5% v larutan = 200mL
v kanji 5% = 15mL
larutan menjadi keruh
7. Menyinari air rawa + kanji dengan senter sinar diserap seluruhnya
8. Memasukkan air rawa dalam tabung reaksi, dan memasukkannya dalam centrifuge tidak ada endapan


5.4.2 Pembahasan
5.4.2.1 Koloid Artifisial (Buatan)
Percobaan ini dilakukan dengan mencampur tanah gambut dan aquadest hingga membentuk larutan koloid berwarna cokelat keruh. Larutan ini disinari dengan senter dan hasilnya cahaya diserap sebagian. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sistem koloid memiliki sifat atau Efek Tyndall, yaitu sifat dimana jika seberkas cahaya dilewatkan, maka akan disebarkan atau dihamburkan, dan cahaya senter pada percobaan dihamburkan karena partikel-partikel tanahnya lebih rapat.
Pada saat pengukuran pH, pH awal larutan tanah gambut adalah 5, namun setelah ditambahkan HCl pekat, pH berubah menjadi 3. penurunan pH disebabkan karena HCl tergolong asam kuat sehingga bila kepekatan ion hidrogen dalam larutan besar, maka larutan tersebut bersifat asam dengan pH kurang dari 7. larutan pun jadi lebih bening daripada larutan induk. pH yang berubah-ubah ini disebabkan karena sebagian partikel yang bebas dalam mediumnya. Partikel koloid selalu bergerak ke segala arah. Sesuai dengan teori yang menyatakan terjadinya gerak Brown. Selain itu, larutan juga memiliki daya adsorpsi yang besar, yaitu kemampuan untuk menyerap ion-ion di sekitarnya.
Pada penambahan tawas, larutan menjadi sedikit lebih jernih dan terbentuk endapan di dasar gelas piala. Tawas memiliki kemampuan mengikat kotoran-kotoran dalam suatu zat cair karena tawas akan membentuk aluminium hidroksida yang akan melepaskan ion positif Al3+ dalam air. Ion positif ini akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan sehingga penyerapan terhadap ion Al3+ mengakibatkan terjadinya koagulasi (penggumpalan) partikel koloid hingga mengendap. Reaksinya :
Al2(SO4)3 + 6H2O → Al(OH)3 + 3H2SO4
Saat penambahan kanji 5%, larutan menjadi lebih kental dan jenuh. Ketika larutan disinari dengan senter, cahaya diserap seluruhnya. Hal ini disebabkan karena larutan kanji memiliki sifat kogulasi. Kogulasi terjadi akibat pemanasan, pendinginan, pengadukkan, penambahab elektrolit, dan penambahan atau pencampuran dengan koloid berbeda muatan.
Setelah larutan induk dimasukkan ke dalam tabung centrifuge dengan kecepatan 2000rpm selama 15 menit, dihasilkan larutan yang jernih dan endapan koloidnya di dasar tabung reaksi. Sentrifugal yaitu gerak putar sentrifugasi yang menyebabkan partikel-partikel pada larutan saling berbenturan satu sama lain yang sama relatif pendek. Prinsip centrifuge yaitu memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya.

5.4.2.2 Koloid Natural (Alami)
Pada percobaan ini digunakan larutan koloid alami yaitu air rawa. Untuk mengetahui ada tidaknya sistem koloid, maka dilakukan penyinaran. Saat dilakukan penyinaran, hanya sedikit cahaya yang diserap, sebagian besar diteruskan. Hal ini disebabkan konsentrasi fase terdispersi pada koloid alami lebih kecil daripada koloid buatan. Partikel koloid alami sangat kecil dan sangat sulit mengendap sekalipun dengan cara disaring atau filtrasi dan hanya bisa menggunakan proses membran.
pH awal air rawa adalah 7. Namun menurut teori, air rawa memiliki derajat keasaman yang tinggi. Oleh karena itu, pH diturunkan 2 satuan dengan menetesi HCl pekat hingga pH menjadi 5. Fungsi penambahan HCl dalam koloid adalah ion H+ dan HCl akan diadsorpsi sehingga koloid bersifat asam.
Ketika air rawa ditambah tawas, larutan menjadi berwarna putih dan lebih keruh daripada larutan air rawa biasa.pada dasar gelas piala terdapat endapan berwarna putih. Tawas yang mengandung Al3+ akan menetralkan ion-ion negatif dari koloid sehingga penyerapan terhadap ion Al3+ mengakibatkan endapan (koagulasi). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Al2(SO4)3 + 6H2O → Al(OH)3 + 3H2SO4
Ketika ditambahkan kanji, larutan menjadi lebih kental dan pekat. Namun ketika larutan disinari dengan senter, cahaya diserap sebagian. Hal ini sesuai dengan teori karena larutan kanji kurang efektif untuk mengikat partikel koloid sehingga tidak menghasilkan endapan atau gumpalan tetapi menjadikan larutan lebih bening.
Air rawa dicentrifuge dengan tujuan untuk mempercepat koagulasi. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pada centrifuge ini menggunakan gaya sentrifugal yang menyebabkan gaya gravitasi buatan yang besar sehingga memisahkan dan menarik endapan ke dasar tabung. Hasilnya, pada larutan hanya sedikit endapan yang terbentuk di dasar tabung. Hal ini disebabkan karena air rawa merupakan koloid alami yang mengandung sanat sedikit partikel tanah karena telah terjadi pelarutan yang sempurna hingga partikel lain larut didalamnya. Prinsip centrifuge adalah memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya.
5.5 Penutup

5.5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Sifat khas koloid adalah efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi dan koagulasi.
2. Pada koloid buatan, efek Tyndall terlihat jelas karena partikel-partikel yang besar, sehingga cahaya dihamburkan pada saat disinari.
3. Pada koloid alami, efek Tyndall kurang maksimal karena partikel- partikel di dalamnya telah larut sempurna, sehingga cahaya diteruskan ketika disinari.
4. Penurunan pH dengan HCl pekat menunjukkan bahwa koloid bersifat adsorpsi dengan menyerap ion H+.
5. Reaksi ketika kedua jenis koloid ditambah tawas.
Al2(SO4)3 + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3 H2SO4
6. Kanji bersifat koagulasi sehingga koloid menjadi lebih bening pada saat ditambahkan kanji.
7. Koagulasi koloid dapat dipercepat dengan proses centrifuge, dan hasilnya lebih maksimal.

5.5.2. Saran
Dalam percobaan ini, praktikan harus sangat teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi pada setiap tahap.










DAFTAR PUSTAKA

Brady, Jarries. E, 1998, “Kimia Universitas Asas dan Struktur”, edisi kelima, jilid 1, Binarupa Aksara, Jakarta.

Keenan,CW.dkk, 1984, “Kimia Untuk Universitas”, edisi keenam, Erlangga, Jakarta.

Oxtoby, David, W.dkk, 2001, “Prinsip Dasar Kimia Modern”, edisi keempat, jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, Ralph H, 1987, “Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern”, Terjemahan A.Suminar, jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Sukardjo, 1990, “Kimia Anorganik”, Rineka Cipta, Jakarta.

Syukri, S, 1999, “Kimia Dasar”, jilid 2, ITB, Bandung.

Tim Dosen Teknik Kimia, 2009, ”Penuntun Praktikum Kimia Dasar”, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

















LAMPIRAN

Tugas :
5. Apa yang dimaksud dengan koloid?
6. Sebutkan beberapa jenis koloid dan contohnya!
7. Sebutkan fase pendispersi dan fase terdispersi sol dan emulsi!
8. Jelaskan manfaat tawas pada percobaan di atas!
9. Terangkan 3 cara menstabilkan koloid!

Jawab :
3. Koloid adalah sistem yang terdiri dari dua komponen atau lebih yang bukan homogen (larutan), tetapi juga tidak heterogen (campuran) melainkan diantara homogen dan heterogen, yang ukuran partikelnya 1 – 100 mM.
4. a. Dispersi Koloid
Terdiri atas zat-zat yang tidak larut dengan partikel-partikel yang terdiri dari gabungan banyak molekul. Misalnya dispersi koloid Au dengan jutaan atom emas, As2S3, koloid belerang dengan ribuan molekul SB dan minyak dalam air.
b. Larutan Makromolekul
Berupa larutan dari zat-zat dengan bentuk molekul yang besar hingga mempunyai ukuran koloid. Misalnya : protein, hemoglobin,polivinil alkohol.
c. Asosiasi Koloid
Terdiri atas larutan zat-zat yang larut dengan berat molekul rendah tetapi membentuk agregat-agregat. Misalnya : larutan sabun.
.
6. Sol fase pendispersi : cair
fase terdispersi : padat
Emulsi fase pendispersi : cair
fase terdispersi : cair
7. Manfaat tawas adalah untuk mengikat partikel-partikel koloid sehingga dapat membentuk partikel yang lebih besar dan menghasilkan partikel koloid Al(OH)3 yang mampu mengendapkan kotoran.
8. a. Menambahkan ion
Pada umumnya,koloid padat (sol) dapat menyerap ion, sehingga akan bermuatan listrik. Partikel koloid yang bermuatan akan tolak menolak sesamanya.Akibatnya koloid akan stabil dan tidak terkoagulasi.
b. Dialisis
Koloid bermuatan akan stabil karena tolak menolak antar partikel. Koloid jenis ini akan terkoagulasi jika dalam sistem terdapat ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid. Koagulasi dapat dicegah dengan mengeluarkan ion secara dialysis.
c. Menambah emulgator.
Koloid dalam bentuk emulsi dapat distabilkan dengan menambah zat lain yang disebut emulgator.


semoga manfaat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Jadilah SaMoNa (Sahabat Mom Anna)