RSS

PERCOBAAN 4 ANALISA PERMANGANOMETRI DALAM CAMPURAN

ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk membakukan KMnO4 0,1 N dengan natrium oksalat (Na2C2O4). Menentukan kadar kalsium (Ca2+) dalam kalsium karbonat (CaCO3). Serta menentukan kadar nitrit menggunakan larutan baku kalium permanganat.
Permanganometri adalah suatu metode pencarian konsentrasi suatu zat menggunakan larutan standar kalium permanganat tanpa penambahan indikator karena mampu bertindak sebagai indikator. Pada penambahan larutan KmnO4 dengan natrium oksalat yang bertindak sebagai analit adalah kalium permanganat dan sampel nitrit sebagai titran. Pada penambahan larutan kalium permanganat dan penentuan kadar nitrit penambahan H2SO4 ditujukan agar larutan bereaksi dalam suasana asam dan tidak menghasilkan endapan.
Berdasarkan perhitungan didapatkan konsentrasi kalium permanganat hasil pembakuan dengan natrium oksalat sebesar 0,144 N. Pada penentuan kadar nitrit diperoleh kadar nitritnya 0,25%.

4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Membuat larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4).
2. Menetukan kadar Nitrit dengan menggunakan larutan baku KMnO4.

4.1.2 Latar Belakang
Metode Permanganometri adalah suatu metode yang dilandaskan pada prinsip redoks dan menggunakan larutan Kalium Permanganat sebagai suatu zat pengoksidasi. Reagensia Kalium Permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini mudah diperoleh, tidak mahal dan tak memerlukan indikator kecuali bila larutan yang digunakan sangat encer.
Penentuan konsentrasi suatu larutan dibutuhkan dalam prinsip Permanganometri yang menyangkut titrasi redoks. Titrasi tersebut digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan menggunakan larutan titran KMnO4.
Analisa permanganometri dapat diaplikasikan dalam menentukan suatu zat dalam larutan dengan menggunakan larutan kalium permanganat sehingga dapat diketahui kadarnya, dimana hal ini sangat penting pada pengolahan-pengolahan di pabrik industri kimia.

4.2 DASAR TEORI
Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari 100 tahun ini. Regensia ini mudah diperoleh murah dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer (Day dan Underwood,1986 ).
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agak mudah mengoksidasi ion-ion iodida, sianida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik, tetapi tidak dapat mengoksidasi ion oksalat. Inilah sebabnya beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat menjadi oksalat bukan menjadi karbondioksida (Rivai, Harrizul, 1995).
Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam permanganat terdekomposisi sesuai dengan persamaan:
4 MnO4- + 4 H+ → 4 MnO2 (s) + 3 O2 (g) + 2 H2O
ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan encer pada suhu ruangan. Namun jangan pernah menambah permanganat lebih kedalam sebuah unsur reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi karena reaksi yang nanti muncul akan berlangsung dengan laju reaksi rendah (Day dan Underwood, 1986).
Zat pengoksid yang berharga dan sangat kuat ini paling mula diperkenalkan dalam analisa titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II). Dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dalam persamaan:
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
Sehingga ekuivalennya adalah 1/5 mol yaitu 158,05/5 atau 31,606. Untuk titrasi larutan berwarna atau sedikit saja berwarna, pemakaian indikator tidaklah perlu karena kalium permanganat 0,01 N dan yang hanya serendah 0,01 cm sudah memberikan warna merah jambu pucat kepada 100 cm 3 air (Basset, J, dkk, 1994).
Suatu larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan zat pengoksid terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam, timbel dan mangan. Oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam ataupun basa tanpa mereduksi logam itu keadaan oksida, yang lebih rendah. Tidak praktis untuk menitrasi zat-zat ini secara langsung karena reaksi dari zat padat dengan suatu zat pereduksi berjalan lambat (Day dan Underwood,1986).

a. Dengan Arsen (III) Oksida
Senyawa AS2O3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk larutan permanganat. Stabil, tidak higroskopis dan mudah diperoleh dengan derajat kemudian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam natrium hidroksida, larutan diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan permanganat.
2 HAsO2 + 2 MnO4- + 6 H+ + 2 H2O → 2 Mn2+ + 3 H3AsO4
Reaksi perlahan pada temperatur kamar, kecuali bila ditambah suatu katalis. Kalium iodida, KI, kalium iodat, KIO3 dan iod monoklorida, I cl, telah digunakan sebagai katalis (Day dan Underwood, 1986).
b. Dengan natrium oksalat
Senyawa Na2C2O4, juga mengandung standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Dapat diperoleh dengan derajat kemurnian yang stabil tinggi pada pengeringan dan tak hilang
Reaksi dengan permanganat agak rumit, dan meskipun telah banyak dilakukan penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi ini lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan sekitar 60°C. Persamaan reaksi antara oksalat dan permanganat adalah :
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ → 2 Mn 2+ + 10 CO2 + 8 H2O
(Day dan Underwood,1986) .
Penetapan titrimetri terhadap kalsium dalam batu kapur sering kali digunakan sebagai latihan bagi mahasiswa. Kalsium diendapkan sebagai oksalat, CaC2O4. Setelah disaring dan dicuci, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat. Prosedur ini lebih cepat dibandingkan prosedur gravimetric dalam mana CaC2O4 dipanggang menjadi CaO dan ditimbang (Day dan Underwood,1986)
Suatu larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan zat pengoksid, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbale dan mangan. Oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam ataupun basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan oksidasi yang lebih rendah. Tidak praktisuntuk mentitrasi zat-zat itu secara langsung karena reaksi dari zat padat dengan suatu zat pereduksi berjalan lambat (Day dan Underwood,1986).
Penentuan besi dalam bijih besi adalah salah satu aplikasi penting dari titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida, dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan jika larutan mengandung asam klorida, seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan ke dalam sebuah larutan panas dari sampelnya, dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (III) :
Sn2++ 2 Fe3+→ Sn4++ 2Fe2+
Kelebihan timah (II) klorida ditambahkan untuk memastikan selesainya reduksi. Untuk tujuan ini, larutan tersebut didinginkan, dan raksa (II)klorida ditambahkan secara cepat untuk mengoksidasi kelebihan ion timah(II) :
2 HgCl2 + Sn2+ → Hg2Cl + Sn4+ + 2Cl-
Timah (II) klorida digunakan untuk mereduksi besi dalam sampel-sampel yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah zimmerman Reinhardt lalu ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan permanganat (Day dan Underwood, 1986).
Penentuan agen- agen pereduksi lainnya.
Banyak agen pereduksi selain besi (II) dapat ditentukan melalui titrasi dengan permanganat dalam larutan asam. Peroksida bertindak sebagai sebuah agen pereduksi dalam reaksi
2MnO4 - + 5 H2O2 + 6H+→ 2Mn2++ 5O2 +8H2O
Kita melihat bahwa oksalat dapat dititrasi dengan permanganat. Kalsium mengendap sebagai oksalat prosedur ini lebih cepat daripada prosedur gravimetri dimana CaC2O4 dibakar menjadi CaO dan ditimbang mengelompokkan beberapa dari penentuan-penentuan yang lebih umum yang dapat dibuat melalui titrasi langsung dengan permanganat dalam larutan asam (Day dan Underwood, 1986).
Beberapa aplikasi dari titrasi langsung dengan permanganat dalam larutan asam :
Tabel 4.2 Aplikasi dari titrasi langsung dengan permanganat dalam larutan asam
Analit Setengah reaksi dari substansi
Antimon (III)
Arsenit (III)
Bromin
Hidrogen Peroksida
Besi (II)
Molibdenum (III)
Nitrit HSbO2 + 2 H2O ↔ H3SbO4 + 2 H+ + 2 e-
HAsO2 + 2 H2O ↔ H3AsO4 + 2 H+ + 2 e-
2 Br- ↔ Br2 + 2 e
H2O2 ↔ O2 + 2 H + + 2 e
Fe2+ ↔ Fe3+ + e
MO3+ + 2 H2O ↔ MOO22+ + 4H+ + 3e
HNO2 + H2O ¬ ↔ NO3- + 3H+ + 2e

Penentuan tidak langsung dari agen-agen pengoksidasi.
Larutan standar KmnO4 dapat pula dipergunakan secara tidak langsung dalam penentuan agen-agen pengoksidasi, khususnya oksida-oksidasi yang lebih tinggi dari metal-metal seperti timbal dan mangan. Oksida-oksida semacam ini sulit untuk dilarutkan dalam asam-asam atau basa-basa tanpa mereduksi metal ke kondisi oksidasi yang lebih rendah. Beragam agen reduksi dapat dipergunakan, seperti As2O3 dan NaC2O4. Analisa terhadap pyrolusite, suatu bijih yang mengandung MnO2 adalah latihan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa. reaksi antara MnO2 dengan HAsO2 adalah :
MnO2 (s) + HasO2 + 2 H+ → Mn2+ + H3AsO4
(Day dan Underwood, 1986).
Proses analisa nitrit, dapat dilakukan dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) yang telah diasamkan. Pada pencampuran, warna larutan ini dihilangkan oleh larutan suatu nitrit, tetapi tidak ada gas yang dilepaskan.
5 NO2- + 2 MnO4- + 6 H+ → 5 NO3- + 2 Mn2+ + 3 H2O
(Svehla, 1985).
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ca melebur pada suhu 845°C. Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+ dalam larutan-larutan air. Reaksi dengan asam sulfat encer menghasilkan :
Ca2+ + SO42- → CaSO4 ↓
Endapan melarut dalam asam sulfat pekat, panas."
CaSO4 + H2SO4 ↔ 2 H+ + [ Ca (SO4)2]2-¬
(Svehla, 1985).
Keuntungan yang paling penting dari sistem ekuivalen adalah, bahwa perhitungan analisis titrimetri menjadi sangat sederhana, karena zat yang dititrasi adalah sama dengan jumlah ekuivalen larutan standar yang digunakan.
N = Jumlah ekuivalen / Jumlah dm3
Dengan perbandingan
VA x Normalitas A = VB x Normalitas B
Ekuivalen dari suatu zat pereduksi, serupa dengan itu, suatu reaksi penting adalah oksidasi asam oksalat H2C2O4 menjadi karbon dioksida dan air.
H2C2O4 → 2 CO2
Perubahan bilangan oksidasi kedua atom karbon adalah dari +6 menjadi +8, atau dengan 2 satuan-oksidasi. Maka ekuivalen dari asam oksalat adalah ½ mol (Basset,J,dkk, 1994).
Natrium oksalat, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah dilakukan, mekanisme tepatnya tidak pernah jelas. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60° C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk (Day danUnderwood, 1986).

4.3 METODOLOGI PERCOBAAN
4.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
1. Gelas arloji
2. Gelas beker
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Statif
6. Botol semprot
7. Labu ukur

4.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
1. KMnO4
2. H2SO4 0,75 N
3. Natrium oksalat
4. Akuades
5. Nitrit

4.3.3 Prosedur percobaan
4.3.3.1 Pembakuan Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat
1. Menimbang Na2C2O4 sebanyak 0,06 gram.
2. Melarutkan dengan akuades.
3. Memasukkan Na2C2O4 dalam labu ukur.
4. Menambahkan 2,5 mL H2SO4 dan mengencerkannya dengan
Akuades.
5. Memipet 10 mL larutan dan memasukkan ke erlenmeyer.

6. Menitrasi dengan KmnO4 sampai berubah warna bening
menjadi merah muda.
7. Mengulangi titrasi.

4.3.3.2 Penentuan kadar nitrit.
1. Menimbang 0,69 gram Natrium nitrit dan melarutkannya dengan
akuades.
2. Memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkannya
sampai tanda tera.
3. Memipet 2 mL larutan baku KmnO4 0,5 N dan memasukkan
ke dalam erlenmeyer.
4. Menambahkan 2,5 mL larutan H2SO4 0,75 N.
5. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan hasil pengenceran
secara perlahan-lahan sampai larutan menjadi bening.
6. Mencatat volume titran yang diperlukan.
7. Mengulangi titrasi sebanyak 2 kali.
8. Menghitung hasilnya.

4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pembakuan Kalium Permanganat dengan Natrium Okslat
Tabel 4.1.1 Pembakuan Kalium Permanganat dengan Natrium Okslat
No Langkah Percobaan Hasil
1. Menimbang Na2C2O4 m = 0,06 gram
2. Melarutkan dengan akuades
3. Menambahkan H2SO4 pekat V = 2,5 mL
4. Mengencerkan dengan akuades Vpengenceran = 50 mL
5. Memipet larutan tersebut dan memasukkan ke dalam erlenmeyer V = 2 mL
6. Menitrasi larutan Na2C2O4 dengan larutan
KmnO4 Titrasi I
Vtitrasi = 0,2 mL
Larutan menjadi merah kekuningan
Titrasi II
Vtitrasi = 0,3 mL
Larutan menjadi merah muda keunguan

4.1.2 Penentuan Kadar Nitrit
Tabel 4.1.2 Penentuan Kadar Nitrit
No. Langkah Percobaan Hasil
1. Menimbang kristal natrium nitrit m = 0,69 gram
2. Mengencerkan dengan akuades Vpengenceran = 100 mL
3. Memipet larutan KmnO4 V KmnO4 = 2 mL
4. Menambahkan larutan H2SO4 V H2SO4 = 2,5 mL
5. Memasukan larutan hasil pengenceran
ke buret
6. Menitrasi larutan dengan sampel nitrit Titrasi I
Vtitrasi = 2,6 mL
Titrasi II
Vtitrasi = 2,7 mL
Larutan menjadi bening


4.2 Pembahasan
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator. Kemampuan suatu larutan untuk dapat menjadi suatu indikator dalam suatu reaksi titrasi tanpa penambahan disebut dengan auto indikator. Larutan KMnO4 merupakan salah satu larutan auto indikator.
4.3.1 Pembakuan Larutan Kalium permanganat dengan Natrium Oksalat
Pada percobaan ini kalium permanganat merupakan larutan standar primer yang baik. Meskipun kalium permanganat merupakan pereaksi yang mudah didapat, tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator tetapi larutan ini sangat mudah terduksi menjadi zat lain seperti mangan (II), sehingga diperlukan proses standarisasi untuk mempergunakan larutan ini. Salah satu metode penggunaan pembakuan kalium permanganat adalah dengan menggunakan Natrium Oksalat (Na2C2O4).
Pembakuan KMnO4 dengan Na2C2O4 dimulai dengan menimbang Natrium Oksalat sebanyak 0,69 gram kemudian mengencerkannya dengan akuades sebanyak 50 mL. Larutan yang telah diencerkan kemudian ditambahkan dengan 2,5 mL larutan H2SO4. Fungsi Penambahan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam pada larutan KmnO4 sehingga senyawa KmnO4 mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai dengan mekanisme reaksi berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Selain itu penambahan H2SO4 juga bertujuan untuk melepas oksigen (O) dari C2O4 supaya bilangan oksidasinya turun.
Larutan yang telah diencerkan tersebut dipipet masing-masing 2 mL ke dalam dua erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan KmnO4.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan KmnO4 dengan Na2C2O4 adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna yang masih bening menjadi merah muda. Dalam melakukan penitrasian dengan KmnO4 sangat diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan titran karena kelebihan 0,1 mL saja dapat membuat titik akhir titrasi berubah. Hasil warna merah mudanya yang tidak hilang selama beberapa menit atau permanen. Hal ini disebabkan oleh kelebihan permanganat. Titrasi permanganat digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasan asam sulfat pekat hingga didapatkan konsentrasi permanganat. Dari reaksi terlihat fungsi pengasaman larutan tidak lain untuk memperoleh hasil yang berupa asam oksalat. Asam oksalat akan bereaksi dengan ion permanganat. Reaksi yang terjadi adalah
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Dari titrasi yang dilakukan dengan larutan KmnO4 diperoleh volume titran dengan dua kali pengulangan masing-masing sebesar 0,2 mL dan 0,3 mL dan konsentrasi KmnO4 dalam normalitas sebesar 0,144 N.
4.3.2 Penentuan Kadar Nitrit
Pada proses penentuan kadar nitrit, sampel nitrit ditimbang terlebih dahulu sebanyak 0,69 gram. Sampel yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades dan diteruskan dengan mengencerkan larutan dalam labu ukur 100 mL Larutan baku Kalium Permanganat (KmnO4) yang akan dititrasi diambil 2 mL dan kemudian ditambahkan 2,5 mL H2SO4 0,75 N. Tujuan penambahan larutan asam kedalam larutan KmnO4 adalah untuk melepas oksigen dari KmnO4 supaua bilangan oksidasinya turun. Selain itu penambahan H2SO4 juga akan membuat larutan bersuasana asam yang akan lebih mempermudah atau mempercepat reaksi titrasinya.
Larutan kemudian dititrasi dengan larutan NaNO2 yang telah diencerkan. Reaksi yang terjadi adalah
2MnO4- + 6H+ + 5NO2- → 2Mn2+ + 3H2O + 5NO2-
Titik akhir titrasi akan tercapai jika warna larutan berubah dari coklat menjadi menjadi lebih berwarna coklat yang sudah lebih bening. Volume titran yang diperlukan untuk dua kali pengulangan masing-masing adalah 2,6 mL dan 2,7 mL. Sehingga diperoleh kadar nitrit sebesar 0,25%.

4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat diperoleh suatu kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena ia dapat bertindak sebagai indikator.
2. Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer.
3. Konsentrasi kalium permanganat hasil standarisasi yang diperoleh sebesar adalah 0,144 N.
4. Kadar Nitrit (NO2) dalam sampel Natrium Nitrat (NaNO2) adalah sebesar 0,25%.

4.5.2 Saran
1. Sebaiknya setiap kelompok melakukan percobaan penentuan kadar dengan sampel yang berbeda-beda agar hasilnya lebih variatif.
2. Agar praktikan lebih berhati–hati dalam menggunakan bahan, karena bahannya bersifat berbahaya.
3. Sebelum melakukan percobaan hendaknya alat yang digunakan di cuci terlebih dahulu.


DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., dkk., 1984, Buku ajar Vogel Kimia analisis kuantitatif anorganik, Kedokteran EGC, Jakarta.
Day, R., A., Jr dan A., L., Underwood, 1986, Kimia analisis kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Rivai, Harrizul, 1995, Asas pemeriksaan kimi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Svehla, G., 1985, Vogel Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Jilid 1, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

LAMPIRAN

PERHITUNGAN
Pembakuan larutan kalium permanganat dengan Natrium Oksalat
Diketahui : m Na2C2O4 = 0,06 gram
V Na2C2O4 = 50 mL = 0,05 L
V Na2C2O4 titrasi = 2 ml = 0,02 L
V KmnO4 titrasi = 0,25 mL
e Na2C2O4 = 2
BM Na2C2O4 = 134 gram∕mol

Ditanyakan : N KmnO4 = ............?
Jawab :
Reaksi
5C2O42- + 2MnO4- + 16 H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

M Na2C2O4 = m Na2C2O4 ∕ BM Na2C2O4. V Na2C2O4
= 0,06 gram∕ 134 gram∕mol. 0,05 L
= 8,955.10-3 M
N Na2C2O4 = M x e
= 0,08955 x 2
= 0,018 N
V KmnO4. N KmnO4 = V Na2C2O4. N Na2C2O4
0,25 mL . N KmnO4 = 0,02 mL . 0,018 N
N KmnO4 =
= 0,144 N


Penentuan kadar Nitrit
Diketahui : m NaNO3 = 0,69 gram
V pengenceran = 100 mL
N KmnO4 = 0,5 N
BM NO2- = 46 gram∕mol
BM NaNO2 = 69,0 gram∕mol
e NaNO2 = 1
Ditanyakan : Kadar NO2-
Jawab :
Reaksi
2MnO4- + 6H+ + 5NO2- → 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3-
V KmnO4 . N KmnO4 = V NO2- . N NO2-
N NO2- =
= 3,77 x 10-4 N

massa NO2- = N NO2- x BM NO2- x V pengenceran
e
= 3,77 x 10-4 x 46 x 0,1
1
= 0,173 x 10-2

Kadar NO2- =
= 0,25%

Jadi, kadar NO2- dalam NaNO2 adalah 0,25%


semoga manfaat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Jadilah SaMoNa (Sahabat Mom Anna)